Laman

Selasa, 30 Oktober 2012

Taukah Kamu Orang Jepang Itu Ambigu..??


Rasa heran menghinggapi saya  ketika menonton  program berita yang di siarkan oleh salah satu televisi swasta yang ada di negri  matahari terbit.  Dalam tayangan berita tersebut seorang  pria paruh baya salah satu korban tsunami  bercerita mengenai kronologis  kejadian yang telah meluluh lantahkan  rumah serta menyebapkan  dua orang putranya meninggal dunia. Anehnya, pria itu memapaparkan semuanya dengan santai bahkan senyum lebar terlihat di wajahnya.  Suatu  perbuatan  yang tidak lazim dalam kondisi yang memprihatinkan itu.
            Seminggu kemudian, ketika menghadiri  seminar internasional  yang  diadakan oleh Mie University,  saya melihat pemandangan aneh.  Ketika pembawa materi berdiri di depan  forum dan susah payah memaparkan materi-materi mereka satu persatu, para peserta yang  sebagian besar memang merupakan orang jepang malah tertidur  di ruangan itu. Yang ada di benak saya ketika itu adalah betapa tak sopannya orang-orang itu. Ketika orang lain sedang  berbicara mereka bahkan tak menghargainya.   Namun setelah mendengar penjelasan dosen saya mengenai sifat ambigu masyarakat jepang  saya jadi sedikit mengerti  mengapa mereka melakukan sesuatu  yang menurut saya sangat  aneh itu.
            Ekspresi wajah merupakan salah satu aspek penting dari body language. Ekspresi wajah menyampaikan kejujuran dan perasaan terbuka. Namun,  ekspresi wajah masyarakat jepang  sangatlah misterius.  Bagi seorang gaijin (sebutan bagi orang luar)  seperti saya, sangatlah susah menebak apa yang dipikirkan oleh orang jepang hanya dengan melihat matanya.  Mereka mungkin akan tetap tersenyum meski dalam keadaan  tidak senang  atau baru saja mengalami kejadian menyedihkan sekalipun. Tidak memahami makna dari senyum mereka merupakan sumber salah paham seperti yang saya alami. Bukan berarti senyuman mereka merupakan  ekspresi wajah yang palsu.
 Seperti kebanyakan penganut Hight context, masyarakat jepang tak  banyak menggunakan gerakan tangan dan badan ketika mereka berkomunikasi.  Melipat lengan dan menutup mata ketika seminar  menandakan bahwa mereka sedang berpikir dengan sangat serius. Tetapi bagi seorang foreigners  tingkah tersebut dapat berarti bahwa orang itu sedang tidur.

Oleh :  Feni Mariana

Tidak ada komentar: